Wednesday, 5 December 2018

ORANG BADUY, SERIBU LANGKAH LEBIH MAJU


Siapa yang tak kenal orang Baduy? Keterpencilannya tidak lagi membuat orang menjadi awam, mengingat mereka sudah banyak diekspos oleh berbagai media, baik elektronik, media maya, maupun media cetak.
       
Budaya mereka yang dianggap unik, mampu mengalihkan perhatian orang kepadanya. Keterpencilannya dan ketradisionalannya bukan tidak mungkin memunculkan pendapat kalau mereka merupakan masyarakat yang terbelakang. Mengingat, adat-istiadat mereka banyak diimplementasikan dalam bentuk larangan atau yang dalam istilah mereka lebih familiar dikatakan sebagai tabu atau pamali. Termasuk tabu dengan hal yang berdaya listrik.

Rupanya kondisi seperti itu tidak menghambat seorang Amir untuk melangkah. Ia yang merupakan warga Baduy Luar, bersama istrinya, dikenal  sebagai pengepul sekaligus pengrajin tenun. Selain juga sebagai penjual kencur dan jahe merah. Pengalamannya dalam berpameran tenun di mana-mana, "mempertemukannya" dengan minuman instan berbahan jahe merah dan berbagai alat penggilingan. Di sanalah matanya menjadi terbuka, untuk selanjutnya merevolusi profesinya dari penjual jahe merah menjadi minuman instan berbahan jahe merah yang tinggal diseduh dengan air panas, lalu diminum. Ia sadar dengan minuman instan, keuntungan yang diperoleh akan lebih besar.
Minuman jahe merah pada awalnya diproduksi secara manual. Ketika ada orang yang melihat kreatifitasnya, ia lalu disumbang alat penggilingan berdaya listrik. Sudah pasti hal itu bertentangan dengan adat. Tapi ia tak kurang akal.  Demi bisa memproduksi minuman dalam jumlah banyak maka ia membangun rumah di luar kawasan adat dan selanjutnya ia memproduksi minuman jahe merah di sana. Kalau secara manual dalam 1 hari menghasilkan 10 kg, sedangkan dengan berdaya listrik mampu mencapai 30 kg jahe merah. Selain konsumennya orang-orang yang berkunjung ke Baduy, minuman ini juga sudah dipasarkan ke luar  wilayah Baduy (Intani).   


















Amir Sang Kreator